Salamander Terbesar Di Dunia

Salamander Terbesar Di Dunia

Mereka yang menyaksikan dinosaurus datang dan pergi

Salamander disebut-sebut sebagai "fosil hidup" karena mereka sudah ada sejak zaman purba. Dilansir dari laman resmi Kebun Binatang Sandiego Amerika, 3 spesies salamander raksasa ini diperkirakan sudah hidup sejak zaman Jurassic atau sekitar 170 juta tahun yang lalu. Wah, seangkatan sama dinosaurus, nih!

Ketiganya memiliki warna tubuh yang berbeda

Jika biasanya Salamander memiliki 4 kaki yang menopangnya untuk berjalan, lain halnya dengan Giant Salamander yang memiliki kaki yang pendek dan gemuk. Tubuh dan kepala mereka gepeng dengan mata yang kecil dan kulit yang licin. Meski sangat mirip, namun ternyata ketiga jenis ini memiliki perbedaan dalam warna tubuh.

Hellbender memiliki tubuh berwarna cokelat kemerahan, Chinese Giant Salamander berwarna abu-abu kecokelatan, sedangkan Salamander Jepang memiliki warna yang lebih gelap dibanding lainnya yaitu hitam.

Apa yang dimaksud dengan salamander raksasa China?

Salamander raksasa sebelumnya pernah ditemukan di sejumlah tempat di China bagian tengah, timur dan selatan.

Penangkapan berlebihan meningkat dalam beberapa dekade terakhir, untuk memasok pasar makanan hewan yang dianggap eksotis di China.

Industri peternakan skala besar yang telah dikembangkan, dipandang dapat mengancam populasi di alam karena perburuan dan penyebaran penyakit menular.

Para peneliti menggunakan spesimen museum untuk mengkaji sejarah genetika salamander raksasa China, kelompok yang sangat kuno sehingga binatang ini dipandang sebagai "fosil hidup".

Pemikiran bahwa salamander raksasa China Selatan sebagai spesies tersendiri pertama kali diusulkan pada tahun 1920-an, tetapi kemudian tidak ditindaklanjuti karena binatang tidak biasa ini dipelihara di Kebun Binatangan London.

Tim kemudian menggunakan binatang sama, yang sekarang diawetkan sebagai sebuah spesimen di Natural History Museum, untuk mengetahui sifat-sifat khas spesies baru.

Penelitian ini diterbitkan di jurnal Ecology and Evolution .

Beberapa waktu lalu, sosial media dihebohkan dengan munculnya seekor hewan berkaki pendek dengan kulit licin yang muncul di depan sebuah rumah di Jepang. Banyak warganet yang penasaran spesies apakah itu karena tubuhnya yang besar dan terlihat cukup asing bagi manusia.

Bahkan, beberapa orang juga ada yang mengira makhluk tersebut adalah salah satu jenis ikan lele. Namun sebenarnya, binatang tersebut adalah Japanese Giant Salamander yang merupakan salah satu jenis amfibi atau hewan yang dapat hidup di darat maupun air.

Salamander Jepang bisa dibilang memiliki hubungan saudara dengan 2 Giant Salamander lainnya yaitu Chinese Salamander dan Hellbender yang berasal dari Amerika. Mereka memiliki kemiripan dalam bentuk tubuh, habitat dan juga cara mencari mangsa.

Ketiga Salamander ini juga dikenal sebagai amfibi terbesar di dunia. Ingin tahu fakta mengenai trio Giant Salamander ini? Scroll down, yuk!

Ada beberapa cara mempertahankan diri yang unik

Sebenarnya, salamander raksasa china merupakan predator puncak di habitat alaminya. Akan tetapi, perilaku kanibal yang biasa ditunjukkan salamander berukuran besar membuat mereka tetap perlu sejumlah cara untuk mempertahankan diri. Selain itu, mungkin saja predator-predator besar yang hidup di sekitar sungai menargetkan mereka sebagai mangsa jika ada kesempatan.

Dilansir Animal Diversity, kulit salamander raksasa china bisa melakukan sekresi berupa cairan asam dan lengket berwarna putih. Cairan ini sangat lengket. Karena sifatnya yang asam, ini bisa juga untuk mengusir predator yang mendekat. Selain itu, warna tubuh mereka juga sangat cocok untuk melakukan kamuflase dengan batu-batuan atau lumpur di habitat alaminya.

Menariknya, salamander raksasa china juga punya berbagai suara unik yang salah satunya jadi sumber penamaan lain bagi warga setempat. Amfibi ini bisa mengeluarkan suara seperti gonggongan, siulan, mendesis, sampai suara yang mirip tangisan. Nah, khusus suara yang seperti tangisan ini begitu mirip dengan suara tangisan anak kecil. Oleh karena itu, mereka juga disebut dengan nama wáwáyú/ ní yang berarti 'anak ikan'.

Kemampuan pengelihatan mereka tak cukup baik untuk berburu

Meski bisa hidup di darat, namun Giant Salamander lebih banyak menghabiskan hidupnya di dalam air. Dilansir stlzoo.org, mereka biasanya tidak berenang, namun berjalan di dasar sungai. Mereka juga memiliki kemampuan berkamuflase yang baik sehingga bisa menghindari predator alami dengan mudah.

Menurut sandiegozoo.org, mata mereka yang kecil tidak bisa membantunya untuk melihat. Mereka mendeteksi mangsa yang ada di sekitarnya dengan merasakan getaran yang ada di dalam air.

Ketika sudah merasakan ada mangsa di sekitarnya, mereka hanya akan membuka mulutnya dan menunggu sang mangsa untuk masuk. Giant Salamander merupakan hewan nokturnal yang lebih aktif di dalam hari.

Sayangnya, mereka sudah terancam punah

Meski tak diketahui berapa jumlah pasti Salamander raksasa yang masih hidup di alam hingga saat ini, namun ketiganya termasuk dalam hewan langka. Dilansir dari National Geographic, The International Union for Conservation of Nature's (IUCN) Red List  sudah menetapkan bahwa Hellbender dan Salamander Jepang berstatus near threatened atau terancam punah.

Sedangkan Salamender China diberikan status critically endangered atau dikategorikan dalam kondisi yang sangat kritis di alam. Konservasi perdagangan internasional tumbuhan dan satwa liar (CITES), juga menetapkan status Appendix I yang membuat tiga spesies Giant Salamander ini tidak diperbolehkan untuk dibawa ke luar negeri.

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Baca Juga: Mengenal Salamander, Hewan Amfibi yang Mirip Kadal

Amfibi terbesar dunia, salamander raksasa di China Selatan sepanjang hampir dua meter 'ditemukan'

Sumber gambar, BEN TAPLEY/ZSL

Amfibi yang disebutkan sebagai salamander terbesar dengan ukuran sekitar dua meter ditemukan, spesies yang terancam punah karena banyak ditangkap untuk disantap, demikian hasil penelitian DNA dari spesimen museum.

Salamander raksasa atau sejenis kadal di China Selatan sepanjang hampir dua meter ini terancam punah dan para ilmuwan menyebutkan perlu dilakukan upaya konservasi.

Penangkapan binatang untuk disantap sebagai sajian hewan eksotis membuat sejumlah spesies berkurang jumlahnya di China.

Sebelumnya salamander ini dianggap sebagai satu spesies, tetapi analisa spesimen mati dan masih hidup menunjukkan terdapat tiga spesies di sejumlah daerah di China.

Salamander China Selatan adalah yang terbesar dari ketiganya. Para peneliti memperkirakan hewan ini adalah amfibi terbesar yang masih hidup saat ini.

Profesor Samuel Turvey dari Zoological Society of London (ZSL) mengatakan penurunan jumlah di alam sebagai sebuah "bencana".

Sumber gambar, HARRY TAYLOR / NHM IMAGE RESOURCES

"Kami berharap pemahaman terbaru tentang keragaman spesies ini dapat mendukung keberhasilan konservasi, tetapi langkah darurat diperlukan untuk melindungi populasi salamander raksasa yang kemungkinan masih ada," katanya.

Peneliti lainnya, Melissa Marr, dari Natural History Museum London mengatakan sejumlah langkah harus ada untuk mempertahankan susunan gen dari masing-masing spesies yang berbeda.

"Berbagai spesies ini ditemukan dan perlu segera dilakukan tindakan untuk menyelamatkan salamander raksasa China di alam," katanya.

Ukuran tubuh yang jauh lebih besar dari Salamander biasa

Dilansir sandiegozoo.org, Chinese Salamander dapat tumbuh hingga mencapai ukuran maksimal sekitar 1,8 meter. Sedangkan Salamander Jepang ukurannya sedikit lebih kecil yaitu 1,5 meter dengan berat mencapai 23 kg.

Hellbender merupakan yang paling kecil di antara trio Salamander raksasa ini, ukuran maksimalnya hanya mencapai 70 cm. Meski begitu, panjang tubuh Hellbender masih jauh lebih besar dibandingkan spesies Salamander biasa yang hanya berukuran 10-15 cm.

Tidak mengandalkan indra penglihatan untuk beraktivitas

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Dari ukurannya saja, sudah terlihat sangat jelas kalau indra penglihatan salamander raksasa china sangat buruk. Oleh karena itu, amfibi ini akan mengandalkan beberapa indra lain agar mereka tetap bisa beraktivitas dengan normal di habitat alaminya. Salah satu indra yang menarik adalah indra perasa yang ada di tubuhnya.

Menurut Critter Science, salamander raksasa china dapat merasakan getaran sekecil apa pun di dalam air yang berasal dari makhluk lain di sekitarnya, termasuk calon mangsanya. Semua itu bisa dilakukan berkat adanya node sensorik yang melintang di sekujur tubuhnya, khususnya pada area kepala. Selain merasakan getaran, indra penciuman dari salamander ini bisa dibilang sangat baik.

Mereka bernafas dengan menggunakan kulit

Salah satu penyebab yang membuat trio Salamander raksasa ini sangat berkurang populasinya adalah karena habitatnya yang sudah terkontaminasi. Hampir semua jenis amfibi, termasuk ketiga Giant Salamander, bernapas dengan menggunakan kulit mereka.

Oleh karena itulah mereka butuh air yang sangat bersih dan mengandung banyak oksigen untuk tetap dapat hidup. Selain itu, mereka juga membutuhkan batu besar untuk dijadikan rumah dan menjaga telurnya.